Selasa, 26 September 2017

Siap Menghadapi Musim Pancaroba

Global warming (pemanasan global) mengakibatkan pancaroba atau pergantian musim di Indonesia terjadi dalam suhu-suhu yang ekstrim. Cuaca ketika pagi hari, belum tentu menggambarkan cuaca yang akan terjadi sepanjang hari. Walau saat pagi hari langit sangat cerah tanpa hujan, tapi di siang atau sore harinya langit bisa tiba-tiba sangat gelap, dengan angin yang kencang kemudian terjadi hujan yang sangat deras.
Dengan kata lain, cuaca di Indonesia sedang tidak menentu dan tidak bisa diprediksi. Namun menghadapi musim pancaroba, bukan hanya memerlukan persiapan selalu bawa payung atau jaket hujan. Anda dan keluarga perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit yang sering terjadi ketika musim pancaroba. Buatlah anggota keluarga Anda nyaman dan lebih siap dengan pengetahuan kesehatan.
4 Penyakit Yang Mengikuti Musim Pancaroba
Penyakit pada musim pancaroba, dapat menyerang siapa saja khususnya orang yang mempunyai daya tubuh yang lemah, dengan mobilitas tinggi, dan anak-anak. Anda dan keluarga harus mewaspadai empat penyakit yang mengintai setiap perubahan musim:
1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
Infeksi radang saluran pernafasan (tenggorokan), yang paling sering menyerang masyarakat. ISPA diakibatkan kelembapan yang tinggi pada hidung, tenggorokan, amandel, yang semakin memudahkan kuman untuk menempel.
Beberapa gejala awal ISPA adalah batuk, bronchitis, pilek atau influenza disertai bersin-bersin dan peningkatan suhu tubuh/demam di atas 37 derajat celsius-diikuti kepala terasa sakit, tenggorokan sakit dan warnanya memerah, radang mata, batuk yang tidak produktif.
2. Demam Berdarah Dengue (DBD) 
Jumlah penderita penyakit DBD terus meningkat setiap bulan. Mayoritas memang terjadi di wilayah perkotaan, karena mobilitas penduduknya cukup tinggi. Namun, tak sedikit warga di pedesaan yang terserang penyakit menular ini. Penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk betina belang-belang putih Aedes yang gemar hidup di dalam rumah. Darah manusia dibutuhkannya untuk bertelur. Nyamuk ini menggigit dari pukul 06.00-09.00 dan sore pukul 15.00-17.00 dan di waktu lainnya, nyamuk ini bertelur di air jernih yang tergenang.
Beberapa gejala awal DBD adalah demam tinggi mendadak dengan suhu 38 derajat celcius (selama 2-7 hari), mual, muntah dan nafsu makan dan minum menurun, nyeri sendi dan nyeri otot, nyeri kepala, rasa panas di belakang bola mata, wajah kemerahan, nyeri perut dan konstipasi (buang air besar).
3. Diare
Diare terjadi karena ada infeksi usus ringan pada usus yang disebabkan bakteri, amuba, juga infeksi virus atau flu usus, bahkan karena makanan dan minuman yang tercemar. Diare menyebabkan hilangnya cairan tubuh secara berlebihan (dehidrasi) dan elektrolit sehingga tubuh menjadi lemah dan lemas, apalagi jika bersamaan dengan muntah-muntah. Diare ditandai dengan keluarnya buang air besar yang sangat encer seperti air, dan berlangsung terus-menerus. Penderita pun harus minum banyak dan mengkonsumsi oralit.
4. Tifus Abdominalis/Demam Tifoid
Penyakit tifus memiliki nama lain, Hepatitis A atau sering disebut sakit kuning karena tubuh penderitanya menjadi kekuningan. Hal ini terjadi karena usus yang meradang disebabkan infeksi bakteria, biasanya karena makanan dan minuman yang terinfeksi bakteri salmonella typhosa. Bisa jadi karena minum air mentah tanpa dimasak, makan tanpa mencuci tangan sampai bersih, atau memasak sayuran tanpa dicuci.
Tanda atau gelajanya adalah panas tinggi, sampai mengigau, menggigil, berkeringat, berat badan berkurang, nafsu makan menurun, peradangan tenggorokan dan mual, sampai muntah.

Cegah Penyakit Menghampiri Keluarga

Semua penyakit tersebut, dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, atau golongan. Jika kondisi badan sedang tidak fit atau stamina sedang tidak prima, ditambah lagi tinggal di lingkungan yang kotor, maka kemungkinan terjangkit penyakit yang sering mengintai setiap musim pancaroba tersebut akan jadi menjadi lebih besar.
Langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk mencegah penyakit pancaroba mendekati rumah dan keluarga Anda?
Bersihkan lingkungan tempat tinggal.
Setiap menghadapi perubahan cuaca, warga masyarakat dan keluarga diminta untuk menjaga kebersihan pribadi, rumah dan lingkungan agar tidak mudah terserang penyakit menular. Bersihkan tempat penampungan air, usahakan agar air di selokan dalam kondisi mengalir, singkirkan atau kubur barang-barang bekas  yang dapat menampung air, dan rutin menyemprot sekeliling rumah dengan pembasmi serangga.
Konsumsi makanan bergizi dan higienis. 
Anda perlu menjaga asupan makanan bergizi, agar kekebalan tubuh tetap terjaga sehingga tidak mudah terjangkit virus dan penyakit. Sebaiknya makanlah pada jam yang teratur dan tidak berubahubah jadwal, setiap harinya. Jangan lupa untuk tidak jajan makanan dan minuman di tempat yang tidak higienis, juga hindari jajanan pinggir jalan karena debu dan udara bisa jadi pengantar virus ke dalam tubuh.
Minum minimal 2 liter air mineral setiap hari.
Air yang cukup dalam tubuh, akan membantu metabolisme alami berjalan lancar.
Menjaga kebersihan diri sendiri.
Jangan malas untuk rutin mandi, dan membersihkan tangan dengan baik, sesudah buang air besar dan menjelang makan.
Rutin berolahraga.
Sempatkan olah raga secara rutin, minimal 3 kali seminggu selama 30 menit.
Konsumsi suplemen.
Memakan buah-buahan dan sayuran segar, sangat baik untuk menjaga staminta tubuh.

Kenali Hujan di Masa Pancaroba

Peralihan musim dari kemarau ke penghujan sudah melanda Wilayah DIY. Masyarakat diminta waspada selama pancaroba ini.
Kepala Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY Djoko Budiono mengatakan, saat ini wilayah DIY memasuki musim pancaroba.
Peralihan musim tersebut sesuai dengan prediksi yang dibuat oleh BMKG DIY di mana pada dasarian ketiga September hingga Oktober kedua wilayah DIY akan masuk pancaroba.
“Selama pancaroba memang hujan tidak merata atau sifatnya lokal. Paling banyak hujan terjadi sore hari menjelang malam,” jelasnya kepada Solopos.com, Senin (25/9/2017).
Masuknya masa peralihan tersebut sudah terasa. Dalam dua hari terakhir, misalnya, wilayah DIY sudah diliputi mendung dan hujan dengan intensitas kecil hingga sedang. Hal itu menjadi ciri-ciri musim pancaroba setiap hari. Bahkan, hujan yang turun akan disertai dengan terbentuknya awan cumulonimbus yang perlu diwaspadai masyarakat.
“Hujan yang turun dapat juga disertai dengan petir dan angin kencang. Durasinya juga pendek antara 1-3 jam saja,” kata Djoko.
Sebelumnya, BMKG DIY merilis peringatan dini kekeringan di wilayah DIY. Kekeringan tersebut merupakan kekeringan meteorologis di mana curah hujan akan berkurang pada suatu daerah tertentu dari keadaan normal dalam waktu lama.
Di wilayah Sleman, beberapa wilayah yang masuk kekeringan meteorologis ini meliputi wilayah Maguwo, Depok, Sleman, Tridadi, Prambanan, Tempel, Seyegan, Godean, Gamping, Pakem dan Ngempak.
“Kami akan lakukan update data untuk wilayah kekeringan meteorologis ini pada Oktober mendatang. Nanti akan ketahuan daerah-daerah mana saja yang sudah hujan dan belim ada hujan,” katanya.
Sementara itu, BPBD Sleman sampai saat ini masih menfokuskan diri untuk mendistribusikan air bersih bagi sejumlah wilayah. Salah satunya bagi warga Dusun Sembung Balecatur Gamping. Pasalnya rata-rata sumur warga mengalami penurunan debit air. “Kami kirimkan dua tangki truk berisi air bersih ke lokasi tersebut,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan.

sumber : solopos.com

Senin, 25 September 2017

BPBD Bantul: Dampak Kemarau 2017 Lebih Ekstrem

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan peristiwa kekeringan atau kesulitan air karena dampak musim kemarau 2017 dirasakan lebih ekstrem dibanding dampak kemarau 2016.

"Tahun 2016 kita sudah membuat sumur bor di beberapa titik, dan itu sebenarnya sudah lumayan mengurangi dampak kekeringan, tetapi ternyata dampak kemarau tahun ini cukup ekstrem," kata Kepala Pelaksana BPBD Bantul Dwi Daryanto di Bantul, Ahad (25/9).

Menurut dia, peristiwa kekeringan atau kesulitan air bersih yang dirasakan warga Bantul terutama di dataran tinggi memang dialami setiap tahun saat puncak kemarau, namun dampak itu pada kemarau 2017 dirasakan makin parah dari tahun sebelumnya. "Dan ini tidak hanya di Bantul atau wilayah DIY pada umumnya, akan tetapi ternyata hampir seluruh kawasan NKRI mengalami kekeringan yang cukup ekstrem," katanya.

Dwi Daryanto mengatakan, salah satu dampak kemarau yang dirasakan di Bantul adalah kekeringan yang dialami warga Karangtalun Desa Wukirsari Imogiri, yang mana sumber air yang biasanya mencukupi kebutuhan warga saat kemarau, kemarau ini berkurang.

"Di wilayah Karangtalun ada sumur yang dalamnya seratus meter dan biasanya tidak akan habis airnya, namun ternyata debit airnya banyak berkurang karena kemarau ini, sehingga kalau kita paksakan sedot bisa cepat rusak mesinnya," katanya.

Menurut dia, mesin pompa air dalam sumur kalau dipaksakan untuk menyedot air bisa berpotensi rusak karena tidak sesuai air yang masuk dengan panas mesinnya, sehingga mesin tidak dipakai dan solusi sementara diberikan bantuan air bersih.

"Kalau mesin rusak kan akhirnya butuh pekerjaan tinggi, jadi memang untuk mengatasi yang seperti itu semenntara kita dropping air, nanti kalau pada waktunya sudah mendekati musim hujan, mudah mudahan air di sumber air bisa tersedia," katanya.

Ia juga mengatakan, lebih ekstremnya kekeringan karena dampak kemarau 2017 di wilayah Bantul juga ditunjukkan dengan jumlah bantuan air bersih dalam tangki yang didistribusikan ke wilayah-wilayah di Bantul yang mengalami kekeringan melalui BPBD Bantul.

"Sampai minggu ini sudah sekitar 200 tangki air yang disalurkan ke wilayah kekeringan, baik dari BPBD dan Dinas Sosial, sementara pada 2016 tidak ada, karena kemarau tahun lalu tidak separah tahun ini, sehingga ketersediaan air masih cukup," katanya.

Sumber : Republika.

Sabtu, 23 September 2017

Terima Kasih

Terima kasih atas kepercayaan anda
Dalam urusan cetak kebutuhan anda
Kepada Percetakan Prima Offset Piyungan.

Salam,
Tio
08122958508

Siap Menghadapi Musim Pancaroba

Global warming (pemanasan global) mengakibatkan pancaroba atau pergantian musim di Indonesia terjadi dalam suhu-suhu yang ekstrim. Cuaca k...